Friday, 2 May 2014

Penalaran Deduktif

Penalaran Deduktif merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pembentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

Corak Penalaran Deduktif

1. Silogisme
Silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi ketiga.

Silogisme terbagi menjadi tiga, yaitu: 
a. Silogisme Kategorial
Argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya tiga) proposisi kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu.
Contoh :
  • Semua karyawan di perusahaan tersebut merupakan sarjana teknik
  • Semua sarjana teknik mengerti mengenai mesin
  • Jadi, semua karyawan di perusahaan tersebut mengerti mengenai mesin
Contoh lainnya:
  • Semua handphone keluaran terbaru mempunyai fitur canggih
  • Semua fitur canggih memerlukan teknologi terkini
  • Jadi, semua handphone keluaran terbaru mempunyai teknologi terkini
Kaidah silogisme kategorial :
  • Sebuah silogisme harus terdiri dari tiga proposisi: premis mayor, premis minor, dan konklusi.
  • Dalam ketiga proposisi itu harus ada tiga term, yaitu term mayor (term predikat dari konklusi), term minor (term subyek dari konklusi), dan term tengah (menghubungkan premis mayor dan premis minor).
  • Setiap term yang terdapat dalam kesimpulan harus tersebar atau sudah tersebut dalam premis-premisnya.
  • Bila salah satu premis bersifat universal dan yang lain bersifat partikular, maka konklusinya harus bersifat partikular.
  • Dari dua premis yang bersifat universal, konklusi yang diturunkan juga harus bersifat universal.
  • Jika sebuah silogisme mengandung sebuah premis yang positif dan sebuah premis yang negatif, maka konklusinya harus negatif.
  • Dari dua premis yang negatif tidak dapat ditarik kesimpulan. Sebab itu, silogisme berikut tidak sahih dan tidak logis.
  • Dari dua premis yang bersifat partikular, tidak dapat ditarik kesimpulan yang sahih.
b. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotetis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotesis. Silogisme hipotetis bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi. Rumus proposisi mayor dari silogisme ini adalah : Jika P, maka Q.
Contoh :
  • Premis Mayor  : Jika Ani tidak memiliki dana 6 juta Rupiah untuk membayar kuliahnya, maka Ia akan diberhentikan
  • Premis Minor     : Ani tidak mempunyai uang sebesar 6 juta Rupiah
  • Konklusi              : Sebab itu, Ani akan diberhentikan dari kuliahnya
Contoh lainnya :
  • Premis Mayor     : Jika harga BBM dinaikkan, maka masyarakat akan berdemo besar – besaran
  • Premis Minor     : Harga BBM tidak jadi dinaikkan
  • Konklusi              : Sebab itu, masyarakt tidak jadi berdemo
Walaupun premis mayor bersifat hipotetis, premis minor dan konklusinya tetap bersifat kategorial. Premis mayor sebenarnya mengandung dua pernyataan kategorial. Pada contoh diatas, premis mayor mengandung dua pernyataan kategorial, yaitu hujan tidak turun danpanen akan gagal. Bagian pertama disebut antiseden, sedangkan bagian kedua disebut akibat.

Dalam silogisme hipotetis terkandung sebuah asumsi, yaitu kebenaran anteseden akan mempengaruhi kebenaran akibat, kesalahan anteseden akan mengakibatkan kesalahan pada akibatnya.

c. Silogisme Disjungtif atau Silogisme Alternatif
Silogisme ini dinamakan Silogisme alternatif, karena :
  • Proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan.
  • Sebaliknya, proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya.
  • Konklusi silogisme ini tergantung dari premis minornya. Jika premis minornya menerima satu alternatif, maka alternatif lainnya ditolak. Sebaliknya, jika premis minornya menolak satu alternatif, maka alternatif lainnya diterima dalam konklusi.
Contoh :
  • Premis Mayor   : Kucingku bingung, antara ayam atau ikan yang akan dia makan
  • Premis Minor    : Kucingku memakan ikan
  • Konklusi             : Sebab itu, kucingku tidak memakan ayam
Contoh lainnya :
  • Premis Mayor   : Kunci brankas itu tersimpan di lemari atau tasku
  • Premis Minor    : Kunci brankas itu ternyata ada di tasku
  • Konklusi             : Sebab itu, kunci brankas tidak tersimpan di lemari
2. Entimem
Silogisme muncul hanya dengan dua proposisi, salah satunya dihilangkan. Walaupun dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap ada dalam pikiran dan dianggap diketahui pula oleh orang lain.
Silogisme asli/awal :
  • Premis Mayor    : Karyawan yang lulus seleksi penerimaan pegawai Pegadaian dihubungi oleh bagian SDM
  • Premis Minor     : Adi dihubungi oleh bagian SDM
  • Konklusi              : Sebab itu, Adi adalah Karyawan yang lulus seleksi penerimaan pegawai Pegadaian
  • Entimem             : Adi adalah Karyawan yang lulus seleksi penerimaan pegawai Pegadaian, karena dihubungi oleh bagian SDM
Contoh lainnya:
  • Premis Mayor   : Semua murid yang mau lulus ujian nasional harus mendapat nilai di atas 7
  • Premis Minor    : Chelsea mendapat nilai di atas 7
  • Konklusi              : Maka, Chelsea lulus ujian nasional
  • Entimem             : Chelsea merupakan murid yang lulus ujian nasional karena mendapat nilai di atas 7
3. Rantai Deduksi
Penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk yang informal.
Contoh : 
  • Jamu pahit rasanya. (hasil generalisasi)
  • Kali ini saya diberi lagi jamu.
  • Sebab itu, jamu ini juga pasti pahit rasanya. (deduksi)
  • Saya tidak suka akan minuman yang pahit rasanya. (induksi: generlisasi)
  • Ini adalah jamu pahit.
  • Sebab itu, saya tidak suka jamu ini. (deduksi)
  • Saya tidak suka minum apa saja, yang tidak saya senangi (induksi: generalisasi)
  • Saya tidak suka minuman ini.
  • Sebab itu saya tidak meminumnya. (deduksi)

Sumber :

No comments:

Post a Comment