Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika
seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, penggunaan, pembelian, dan pengevaluasian produk dan jasa demi
memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan
hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang
berharga jual
rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk
barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan
dilakukan dengan pertimbangan yang
matang.
Pengertian Perilaku Konsumen oleh para ahli
sebagai berikut :
1. James
F Engel
Perilaku konsumen di definisikan tindak-tindakan
individu secara langsung terlibata dalam usaha memperoleh dan menggunakan
barang-barang jasa ekonomi termasuk proses pengambilan kepustusan yang
mendahuli dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.
2. David
L Loundon
Perilaku konsumen dapat didefinisikan
sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang
dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan
barang-barang atau jasa.
3. Gerald
Zaltman
Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan,
proses dan hubungan sosial yang di lakukan oleh individu, kelompok dan
organisasi dan mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai sutu
akibat dari pengalaman dengan produk, pelayanan dan dumber-sumber lainya.
Dari beberapa definisi tersebut maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perilaku konsumen adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau organisasi yang
berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan dan menggunakan
barang-barang atau jasa ekonomi yang dapat di mempengaruhi lingkungan.
Pemikiran yang Benar Tentang Konsumen
1. Konsumen adalah RAJA.
2. Motivasi dan perilaku konsumen
dapat dimengerti melalui penelitian.
3. Perilaku konsumen dapat dipengaruhi
melalui kegiatan persuasif yang menghadapi konsumen secara serius sebagai pihak
yang berkuasa dan dengan maksud tertentu.
4. Bujukkan dan pengaruh konsumen
memiliki hasil yang menguntungkan secara sosial asalkan pengamanan hukum,
etika, dan moral berada pada tempatnya untuk mengekang upaya manipulasi.
Bila ke empat premis ini diabaikan,
konsekuensinya hampir selalu negatif. Namun bila ditanggapi dan ditafsirkan
dengan benar, memberikan masukan yang esensial untuk strategi pemasaran yang
baik dalam organisasi yang mencari laba maupun yang tidak mencari laba.
Akhirnya, penelitian juga berfungsi sebagai basis untuk pendidikan dan
perlindungan konsumen, dan melengkapi informasi yang penting untuk keputusan
kebijakkan umum.
B. Pendekatan Perilaku Konsumen
Dalam ilmu ekonomi, perilaku konsumen
merupakan hal yang penting untuk dipelajari. Kita bisa melihat ke sekitar kita
bahwa begitu banyak konsumen yang sangat loyal terhadap suatu produk, namun ada
juga konsumen yang tidak loyal pada merek tertentu. Asal fungsinya sama, mereka
akan menggunakannya. Konsumen yang loyal terhadap suatu produk tertentu
biasanya ia telah mempunyai persepsi dan ekspektasi terhadap produk tersebut.
Menurut Vincent Gasperz, ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi dan
ekspektasi konsumen, yaitu :
- Kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu produk berbanding lurus dengan persepsi dan ekspektasinya.
- Pengalaman masa lalu terhadap produk yang sama atau produk lain yang berfungsi sama.
- Pengalaman dari teman yang pernah mengkonsumsi suatu produk sebelum anda.
- Komunikasi iklan dan pemasaran yang dibuat oleh produsen untuk merubah persepsi dan ekspektasi anda.
- Konsumen biasanya menginginkan produk yang memiliki karakteristik lebih murah, lebih cepat, dan lebih baik.
- Lebih murah dalam artian bahwa konsumen akan lebih tertarik karena faktor harga yang merupakan pertimbangan paling penting dalam melakukan pembelian.
- Lebih cepat berarti bahwa konsumen menginginkan produk yang mudah didapat serta ada di mana saja.
- Lebih baik yang berarti konsumen mempertimbangkan juga aspek kualitas yang dimiliki oleh suatu produk.
Pengeluaran konsumen untuk proses konsumsi suatu produk dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut:
- Selera atau keinginan konsumen terhadap suatu produk.
- Tingkat pendapatan yang diterima oleh konsumen.
- Kebiasaan dan gaya hidup konsumen itu sendiri.
- Lingkungan tempat tinggal dimana konsumen itu berada.
- Proses distribusi suatu produk kepada konsumen.
Pendekatan perilaku konsumen dibagi menjadi dua, yaitu pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan Kardinal
Pendekatan nilai guna (utility) kardinal
atau sering disebut dengan teori nilai subyektif dianggap manfaat atau
kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif atau dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas
konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang
dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan
memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan
konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
Para ahli ekonomi mempercayai bahwa utility merupakan ukuran kebahagian.
Utility dianggap bahwa ukuraan kemampauan barang/jasa untuk memuaskan
kabutuhan. Besar kecilnya utility yang dicapai konsumen tergantung dari jenis
barang atau jasa dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi. Sehingga dapat
ditunjukan oleh fungsi sebagai berikut :
U = f ( X1, X2, X3………, Xn )
U : besar kecilnya kepuasan
X : jenis dan jumlah barang yang dikonsumsi.
2. Pendekatan Ordinal
Pendekatan nilai guna ordinal atau sering
juga disebut analisis kurva indeference adalah manfaat yang diperoleh masyarakat
dari mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur. Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan-keterbatasan yang ada pada
pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak memiliki
kelebihan.
C. Konsep Elastisitas
Dalam ilmu
ekonomi, elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional
dari sebuah variabel dengan perubahan variable lainnya. Dengan kata lain,
elastisitas mengukur seberapa besar besar kepekaan atau reaksi konsumen
terhadap perubahan harga.
Penggunaan paling umum dari konsep
elastisitas ini adalah untuk meramalkan apa yang akan terjadi jika harga
barang/jasa dinaikkan. Pengetahuan mengenai seberapa dampak perubahan harga terhadap
permintaan sangatlah penting. Bagi produsen, pengetahuan ini
digunakan sebagai pedoman seberapa besar ia harus mengubah harga produknya. Hal
ini sangat berkaitan dengan seberapa besar penerimaan penjualan yang akan ia
peroleh.
Sebagai contoh, anggaplah biaya produksi sebuah barang meningkat sehingga seorang produsen terpaksa menaikkan harga jual produknya. Menurut hukum permintaan, tindakan menaikkan harga ini jelas akan menurunkan permintaan. Jika permintaan hanya menurun dalam jumlah yang kecil, kenaikan harga akan menutupi biaya produksi sehingga produsen masih mendapatkan keuntungan. Namun, jika peningkatan harga ini ternyata menurunkan permintaan demikian besar, maka bukan keuntungan yang ia peroleh. Hasil penjualannya mungkin saja tidak dapat menutupi biaya produksinya, sehingga ia menderita kerugian. Jelas di sini bahwa produsen harus mempertimbangkan tingkat elastisitas barang produksinya sebelum membuat suatu keputusan. Ia harus memperkirakan seberapa besar kepekaan konsumen atau seberapa besar konsumen akan bereaksi jika ia mengubah harga sebesar sepuluh persen, dua puluh persen, dan seterusnya.
Sebagai contoh, anggaplah biaya produksi sebuah barang meningkat sehingga seorang produsen terpaksa menaikkan harga jual produknya. Menurut hukum permintaan, tindakan menaikkan harga ini jelas akan menurunkan permintaan. Jika permintaan hanya menurun dalam jumlah yang kecil, kenaikan harga akan menutupi biaya produksi sehingga produsen masih mendapatkan keuntungan. Namun, jika peningkatan harga ini ternyata menurunkan permintaan demikian besar, maka bukan keuntungan yang ia peroleh. Hasil penjualannya mungkin saja tidak dapat menutupi biaya produksinya, sehingga ia menderita kerugian. Jelas di sini bahwa produsen harus mempertimbangkan tingkat elastisitas barang produksinya sebelum membuat suatu keputusan. Ia harus memperkirakan seberapa besar kepekaan konsumen atau seberapa besar konsumen akan bereaksi jika ia mengubah harga sebesar sepuluh persen, dua puluh persen, dan seterusnya.
1. Harga
Elastisitas harga
adalah tingkat kepekaan relatif dari jumlah yang diminta konsumen, akibat
adanay perubahan tingkat barang. Dengan kata lain elastisitas harga adalah
perubahan proporsional dari sejumlah barang yang diminta dibagi dengan
perubahan proporsional dari harga.
2. Silang
Elastisitas permintaan silang (cross price
elasticities of demand) adalah mengukur respons persentase perubahan jumlah
barang yang diminta karena persentase perubahan harga barang lain. Rumus
perhitungan elastisitas permintaan silang adalah sebagai berikut :
Besarnya nilai elastisitas akan menunjukkan
bentuk hubungan antar barang X dengan barang Y. Sifat hubungan antar barang itu
dapat berupa hubungan saling (complementer) atau berupa hubungan barang yang
menggantikan (substitute) atau tidak ada hubungan sama sekali (netral).
Hubungan antar barang yang bersifat komplementer bisa terjadi antara dua jenis
barang yang berfungsi saling melengkapi seperti antara kopi dengan gula pasir.
Sedangkan hubungan antara dua jenis barang yang bersifat substitusi terjadi antara
dua barang yang saling menggantikan misalnya air mineral dengan teh botol.
Sementara itu hubungan antara dua barang yang bersifat netral terjadi misalnya
air dengan komputer. Kedua barang itu secara logika tidak memiliki hubungan
langsung.
Rumus atas sifat- sifat itu sebagai
berikut :
- Jika Exy > 0 untuk barang substitusi, misalnya jika harga beras naik, maka beras yang diminta akan turun sehingga gandum yang diminta akan naik.
- Jika Exy < 0 untuk barang komplementer, misalnya jika harga gula naik sehingga menyebabkan gula yang diminta turun, maka teh yang akan diminta juga turun.
- Jika Exy = 0 untuk dua barang yang netral atau tidak memiliki hubungan sama sekali.
- Elastisitas pendapatan yang negatif terkait dengan barang inferior; peningkatan pendapatan akan mengakibatkan penurunan permintaan.
- Elastisitas pendapatan yang positif terkait dengan barang normal; peningkatan pendapatan akan mengakibatkan peningkatan permintaan. Jika elastisitas pendapatan suatu komoditas lebih kecil dari 1, maka barang itu adalah barang sehari-hari. Jika elastisitas pendapatan lebih besar dari 1, barang itu adalah barang mewah atau barang superior.
- Elastisitas pendapatan nol (inelastik) berlaku bila peningkatan pendapatan tidak mengakibatkan perubahan permintaan.
Sumber :
No comments:
Post a Comment